selamat hari raya idul fitri 1432 H. Minal Aidzin wal faidzin. Mohon maaf lahir dan batin. mari kita galang silaturahim untuk meyatukan gagasan demi kemajuan prenduan . hanya itulah bentuk terima kasih bagi tanah kelahiran yang telah membesarkan kita

17 Agustus 2011

RENUNGAN UNTUK ORANG TUA

Oleh: Kudsi Mahally

Dr Arun Gandhi, cucu dari Mahatma Gandhi almarhum pernah menceriterakan sebuah kisah yang mengesankan dalam hidupnya, sebagai berikut.

Pada waktu itu saya masih sekitar 16 tahun dan saya tinggal dengan kedua orang tua saya di suatu lembaga yang didirikan oleh kakek saya Mahatma Gandhi.

Kami hidup di sebuah perkebunan tebu sekitar 18 mil jauhnya dari kota Durban. Rumah kami sangat jauh di desa-desa terpencil terpencil sehingga hampir tidak ada tetangga. Oleh karena itu, saya dan kedua kakak saya selalu bersemangat untuk memiliki kesempatan untuk bisa pergi ke pusat kota, hanya untuk mengunjungi teman atau kadang-kadang menonton film.

Pada suatu hari, ayah saya meminta saya untuk menemaninya ke kota untuk menghadiri konferensi sehari penuh. Sukacita luar biasa bagi saya pada saat itu. Karena ibu tahu kami ingin pergi ke kota, ia memberi saya daftar panjang belanjaan yang ia perlukan, selain ayah yang juga memberi saya beberapa tugas, termasuk memperbaiki mobil di bengkel mobil.

Pagi itu setelah kami tiba di konferensi, ayah berkata,

"Arun, jemput saya di sini, OK, jam 5 sore".

"Baiklah ayah aku akan berada di sini tepat pukul 17:00", aku menjawab dengan percaya diri.

Setelah itu aku segera meluncur untuk menyelesaikan semua tugas dari ibu saya dan ayah satu per satu. Sambil menunggu mobil diperbaiki tidak ada salahnya fikir saya untuk mengisi waktu luang saya dengan pergi ke bioskop.

Begitu senangnya menonton film ketika saya melihat jam, waktu menunjukkan 17:30, sementara aku berjanji untuk menjemput ayah pukul 5 sore. Segera saya melompat dan bergegas ke bengkel mobil untuk mengambil mobil, dan segera mengambil ayah yang telah menunggu hampir satu jam.

Dengan gelisah ayah bertanya, "Arun! Mengapa kamu terlambat?". Pada waktu itu saya merasa bersalah dan malu untuk mengakui bahwa saya sangat menikmati menonton film-film, jadi aku terpaksa berbohong dengan mengatakan, "Maaf Dad mobil ini. belum selesai diperbaiki sehingga Arun harus menunggu."

Rupanya ayah telah menelepon bengkel mobil, jadi dia tahu kalau saya berbohong. Lalu ia menunduk sedih, sambil melihat ke arahku ia berkata; "Arun tampaknya ada sesuatu yang salah dengan cara saya untuk mendidik dan membesarkan kamu, sehingga kamu tidak memiliki keberanian untuk berbicara dengan jujur kepada saya.Untuk menghukum kesalahan saya, saya akan pulang ke rumah dengan berjalan kaki, sementara merenungkan mana yang salah."

Lalu ia mulai berjalan pulang. Meskipun sudah gelap dan jalan semakin tidak merata. Aku tidak tahan untuk meninggalkan dia sendirian seperti itu, meskipun aku telah tawarkan naik, ia tetap bertekad untuk terus berjalan, akhirnya saya mengendarai mobil pelan-pelan di belakangnya, dan tidak merasa air mata saya menetes melihat penderitaan yang ia alami hanya karena perbuatan bodoh dan dusta yang telah aku lakukan. Sungguh Aku sangat menyesal atas tindakan saya.

Sejak saat itu sepanjang hidup saya, saya selalu mengatakan kebenaran kepada siapa pun.

Sangat sering saya ingat peristiwa itu dan sangat terkesan. Jika saat ayah menghukum saya seperti pada umumnya orang tua menghukum anak-anak mereka yang salah, mungkin aku tetap tidak sadar akan kesalahan saya. Tapi dengan satu tindakan evaluasi-diri ayah itu, meskipun tanpa ada kekerasan tapi memiliki kekuatan yang luar biasa untuk dapat mengubah diri saya sepenuhnya. Aku selalu mengingatnya seolah-olah itu hanya terjadi kemarin.

Tidak ada komentar: