selamat hari raya idul fitri 1432 H. Minal Aidzin wal faidzin. Mohon maaf lahir dan batin. mari kita galang silaturahim untuk meyatukan gagasan demi kemajuan prenduan . hanya itulah bentuk terima kasih bagi tanah kelahiran yang telah membesarkan kita

23 Agustus 2011

BEREBUT ZAKAT

Orang luar Prenduan pernah bertanya pada seorang tokoh Prenduan. "Tanah di utara Prenduan tanah tidak produktif sedang lautnya tidak lagi menjadi mata pencaharian utama masyarakat Prenduan, tapi mengapa keadaan ekonomi masyarakat Prenduan cukup mapan, hal ini terlihat dari tidak adanya rumah gedek dari sekian banyak rumah yang berimpitan di Prenduan.
Dengan santai Sang tokoh menjawab: "Itu karena sejak dulu masyarakat Prenduan gemar berzakat"

Benar ! Sewaktu saya masih kecil, para bos pedagang tembakau setiap tahun di akhir bulan Ramadhan seperti sekarang ini, mereka mengumpulkan orang fakir miskin Prenduan di rumahnya untuk diberi zakat, persis seperti yang sering diberitakan di TV akhir-akhir ini. Saya kadang ketawa sendiri melihat berita rebutan zakat di TV, karena saya di waktu kecil sering merasakan bagaimana sengsaranya berebut zakat seperti itu, hemm.

Para tokoh ulama Prenduan waktu itu terkesan merestui sehingga membiarkan para muzakki berzakat model begitu. Alasannya sama dengan alasan menjemput jama'ah haji pakai mobil rame-rame, yaitu untuk syiar Islam.

Ketika tokoh muda mulai berperan, mereka berusaha mengubah model zakat seperti itu dengan cara mendirikan BAZIS (Badan Amil Zakat Shadaqah dan Infaq). Tapi apa yang terjadi ? Para muzakki merasa kurang sreg jika zakat mereka dikelola BAZIS, sehingga akhirnya BAZIS itu tidak jalan. Apa BAZIS Masjid Gemma sekarang jalan ? Hanya taretan Prenduan yang tahu jawabannya.
Zakat kalau dikelola dengan benar memiliki potensi yang cukup besar untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi masyarakat Prenduan. Karena itu sayang sekali kalau potensi zakat tidak atau kurang diberdayakan.

Mentri Pertanian RI yang pertama pernah bertanya kepada sekjennya.
Mentri : "Kalau kamu punya uang Rp 1000,00 kemudian kamu sedekahkan Rp 100,00 berapa sisa uangmu?"
Sekjen : "Ya tersisa Rp 900,00!".
Mentri : "Salah ! Yang benar uangmu tinggal Rp 100,00!"
Sekjen : "Lho kok bisa ?"
Mentri : "Uang yang Rp 900,00 yang ada di kantongmu itu akan jadi sampah kalau dibelikan barang dan akan jadi kotoran kalau dibelikan makanan. Tapi uang kamu yang Rp 100,00 yang kamu sedekahkan dengan ikhlas itu akan tetap menjadi milik kamu sampai kamu mati dan hidup kembali nanti !!"

Jadi harta sebenarnya yang kita miliki adalah harta yang kita sedekahkan atau kita zakatkan dengan ikhlas, sedangkan harta yang mejeng di rumah akan ditinggalkan dan bukan lagi milik kita saat kita meninggal dunia.

Zakat itu kotoran, karena itu orang yang senang menerima zakat berarti dia senang menerima kotoran. Dan orang tidak mau berzakat berarti ia senang memelihara kotoran pada hartanya.

Ngireng taretan prenduan se mampu azakat, ngireng ja'man-eman kaangguy aberse'en harta badan panjenengan melalui zakat, sabab zakat se epakalowar menangka bakal daddi kaagungnah panjenengan dhibi'.

Tidak ada komentar: